Showing posts with label Inspiration. Show all posts
Showing posts with label Inspiration. Show all posts

Sunday, November 19, 2017

The Man Behind Upnormal Cafe


*Bos Warung Upnormal Rex Marindo: Kaya, Terkenal, So What…?*
Hari minggu lalu saya ketemu Rex Marindo, salah satu bos Warung Upnormal Grup (nama asli grupnya si Cita Rasa Prima Indonesia Berjaya).
Ini sudah pertemuan saya yang kesekian kali. Selalu menyenangkan mendengar cerita dia jatuh bangun mendirikan bisnisnya, apalagi sambil “ditraktir” kopi di kafenya yang baru, Upnomal Coffee Roaster, Jl Wahid Hasyim, Jakarta.
Selalu ada yang baru di ceritanya.
Dia lulusan Universitas Parahyangan Bandung, menekuni dunia marketing, yang kini menjadi Direktur Pemasaran Cira Rasa Prima Group.
Dia seperti Midas dalam mitologi Yunani. Seolah apa pun yang disentuhnya menjadi emas.
Namanya menjadi buah bibir para praktisi pemasaran. "Bagaimana dia bisa membuat branding keren dari sebuah produk sederhana seperti Indomie dan dijual lebih valuable sesuai kantong anak kafe lewat Upnormal," begitu kata banyak orang
Memulai bisnis kuliner di 2013 (sebelumnya menjadi konsultan marketing) dengan membuat Nasi Goreng Mafia  bersama teman-temannya seperti Danis Puntoadi, Stefi Kurniadi, Sarita Sutedja dan beberapa orang di Bandung.
Dengan modal Rp 100 juta saja (Rp 60 jutanya untuk sewa tempat di Jl Dipatiukur), dia nekat meninggalkan bisnis konsultan pemasaran dan banting setir menjadi tukang nasi goreng. Nasi Goreng Rempah Mafia namanya.
Dari Merek Jatuh ke Hati
Warung Nasi Goreng Rempah Mafia itu booming dan dalam waktu singkat sempat menjadi 28 cabang.
Lalu 2014 mendirikan Bakso Boedjangan yang sekarang sudah menjadi 25 cabang.  Setahun kemudian, 2015 Rex dkk meluncurkan  Warung Upnormal.
Akhir tahun ini, jumlah cabang Warung Upnormal akan menjadi 80 cabang. Satu cabang Warung Upnormal biaya franchisenya bisa mencapai lebih dari Rp 4 miliar.
Hanya empat tahun, Rex dan teman-temannya di CRP punya 80 cabang Upnormal, 25 cabang Bakso Boedjangan, 12 cabang Nasi Goreng Mafia, dan 6 restoran Sambal Karmila.
Saat di sebuah pelatihan Endeavour Global di Malaysia dia ditanya, “Setelah Anda kaya, Anda terkenal setiap ketemu orang, orang mengajak selfie, lalu so what?” tanya seorang mentor. Rex seperti terkesiap. “Iya buat apa,” katanya dalam hati.
Rex punya jawaban tapi mulutnya tercekat. Dia melihat dirinya sendiri. Dia beda dengan OKB (orang kaya baru) yang berubah saat bisnisnya meledak.
Harta OKB kerap dihabiskan untuk barang-barang konsumsi seperti baju mahal, jam tangan Rolex yang harganya ratusan juta sampai puluhan miliar rupiah, mobil mewah dan lain-lain. Rex tidak.
Dia ingat saat pertama kali sukses membuka bisnis kuliner. Lelaki kelahiran Palembang itu menahan diri membeli mobil dan tetap memakai motor. Uang yang didapat dia tanamkan kembali untuk membuka lebih banyak resto cabang
Rex dulu dan Rex sekarang tak ada beda, begitu kata teman-temannya. Ke mana-mana dia tak butuh memakai baju mahal.
"Baju kebesarannya" adalah  kaos hitam kaos hitam Upnormal bertulisan “Kopi untuk Indonesia”. “Semakin banyak cabang resto baru dibuka, kaos saya seperti ini semakin banyak. Saya punya kaos selusin kayak begini.”
Tak ada secuil arloji di tangannya. Celana jeans dan sepatu olahraganya juga sepatu kebanyakan orang, seperti New Balance, Adidas atau sebangsanya.
Orang pun tak tahu apakah sepatunya original atau sepatu KW-1?
“Iya jadi buat apa semua (kekayaan dan ketenarannya) ini?” kata Rex menirukan mentornya. Rex punya jawabannya. “Ini semua untuk ibadah. Bisa menjadi kran (penyalur) rezeki bagi 3.500 karyawan itu membahagiakan.”
“Kita semuanya ini sedang deal dengan The Greatest Investor: God! Jadi itu yang membuat saya tetap bersemangat.”
Semoga kita bisa belajar dari Rex Marindo dkk. Untuk apa kita mengejar semua ini—apalagi dengan menghalalkan segala cara?
Ya, segelas kopi dan obrolan dengan Rex di sebuah diskusi, telah menyadarkan semua ini fana dan akhirnya berpulang kepada The Greatest Investor.
Jakarta, 24 September 2017
Burhan Sholihin, penggemar kopi dan dotcomer
(FB/IG/Twitter: @burhans)

Wednesday, May 25, 2016

Antara Pilihan dan Takdir


Pilihan.....yep....saya termasuk orang yang percaya bahwa hidup yang kita jalani adalah hasil sebuah pilihan....
Takdir....yup.....saya juga termasuk orang yang pasrah dengan takdir....
Hidup....yap....adalah sebuah takdir tak terhimdarkan....
Kehidupan....yep....adalah perjalanan....menuju takdir sekaligus juga pilihan kita....
Takdir....saya percaya bukan sebuah keabsolutan mutlak....
Pilihan....bukanlah melulu tak bisa mengubah takdir....
Hidup....berisi perjalanan kita dalam menghadapi takdir dan pilihan....
Kehidupan....bergerak dari takdir ke pilihan dan sebaliknya dari pilihan ke takdir....pada awal dan akhirnya....
Takdir bisa mengubah pilihan....pilihan juga bisa mengubah takdir....
Suatu malam ditengah tayangan sinema Inside Man.....

Tuesday, February 10, 2015

Ternyata Plus Minus di Matematika Itu Bermakna Dalam



Pernah nggak Anda berpikir…
1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya PLUS?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
+ x + = +
2. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH, atau sebaliknya mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya :
+ x – = –
– x + = –
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
– x – = +

Pelajaran matematika ternyata sarat makna, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup.

Thursday, May 23, 2013

A Lesson From Coins Jar


Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Wednesday, May 22, 2013

The Power Of Perception



Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan dua hal kepada 2 anak laki-lakinya :
  • Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu.
  • Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.
Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka. 

Jawab anak yang bungsu : “Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih”. “Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak”.

Wednesday, February 6, 2013

Belajar dari 'LEM'

Lem......ya lem atau perekat.....sesuatu yang sangat berkaitan dengan keseharian kita.....bahkan sangat penting.....hanya saja kita hampir-hampur tak sadar akan kegunaan kehadirannya...kecualiiii.....tentu saja saat kita membutuhkannya, kesannya pragmatis banget, ya! Tapi memang lem diciptakan sbg alat untuk membantu umat manusia dalam berkembang, sekarang bayangkan jika kita tak punya lem, bisa jadi tak ada surat rahasia, bisa jadi tak ada yang namanya sakuran air rumah tangga, bisa jadi tidak ada banyak mainan kecil seperti yang ada saat ini......sifatnya yang dirancang untuk bisa menyatukan serpihan-serpihan kecil sekalipun menjadi berdampak besar untuk keoraktisan hidup sehari-hari kita. Sifat dia yang likuid, merekatkan dan tak nampak secara kasat mata.........sungguh mencerminkan sesuatu yang tak nampak, seringkali tak drasakan kehadirannya namun berdampak pada kehidupan kita, merupakan sifat-sifat yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita dalam berorganisasi dan berteman. 

Belajar dari lem: 
- Dalam berorganisasi: 
1. Berwawasan kerjasama yang erat ketimbang bersaing tidak sehat 
2. Berkecenderungan kolaborasi 
3. Luwes dan lugas dalam satu unit atau antar unit kerja 
4. Mementingkan tujuan bersama ketimbang menonjolkan diri sendiri 
5. Bersifat mempersatukan daripada memecahbelah 

- Dalam berteman: 
1. Berkecenderungan mendahulukn teman daripada kepuasan diri semata 
2. Lebih ikhlas dalam berinteraksi 
3. Mementingkan hububgan jangka panjang dan berusaha menjaga persahabatan yang ada 
4. Cenderung menjaga suasana damai dan ketentraman bersama ketimbang memihak salah. satu pihak 
5. Kehadirannya dapat menjafi pemersatu kelompok 
Lem..... ya lem..... 

Shared with Memoires for Android http://market.android.com/details?id=net.nakvic.dromoris http://sites.google.com/site/drodiary/

Thursday, January 31, 2013

Kompleksitas Kesuksesan dan Kebahagiaan

Anda seorang orang tua yang ingin dicintai anak-anak Anda. Karena itu, Anda meminta mereka untuk mencintai Anda. Mereka justru semakin menjauh.


Anda seorang yang sedang mencari cinta sejati. Karena itu, Anda menghabiskan waktu untuk perawatan kecantikan, berusaha menampilkan diri Anda yang terbaik dan sebisa mungkin menutupi kekurangan Anda. Anda ingin menunjukkan bahwa Anda lebih istimewa dibanding kandidat lainnya. Cinta sejati justru tidak pernah datang.

Anda seorang pemilik usaha yang ingin mencapai sukses setinggi-tingginya. Anda berusaha mencari segala cara untuk menurunkan biaya dan menaikkan harga. Dalam jangka pendek, cara tersebut kelihatan berhasil, namun perlahan-lahan pelanggan mulai meninggalkan produk-produk Anda.


Anda seorang pencari kebahagiaan. Anda berusaha menciptakan lingkungan yang bisa memberi Anda kesenangan terus menerus. Anda justru merasa bosan dan hampa.


Sementara itu, Anda melihat orang-orang yang kelihatannya tidak berupaya sekeras Anda justru berhasil menggapai apa yang Anda idam-idamkan.


Bila Anda (atau orang-orang yang Anda kenal) pernah mengalaminya, menurut John Kay, seorang ekonom terkemuka Inggris, hal itu adalah hasil dari prinsip obliquity. Kay berpendapat, hal-hal penting yang melibatkan partisipasi orang lain — seperti kekayaan berlimpah, cinta kasih, kebahagiaan — dan yang melibatkan sistem yang kompleks seperti kelestarian lingkungan hidup, lebih baik dicapai dengan cara-cara tidak langsung. Pencapaian yang dilakukan secara langsung, walau mungkin bisa memberikan sukses sesaat, namun dalam jangka panjang bisa menjadi bumerang.


Sepintas pendapat tersebut kedengaran kurang masuk akal. Bukankah orang-orang yang berusaha kaya akan berusaha lebih keras dibanding orang yang tidak melakukan apa-apa? Bukankah kerja keras sangat dihargai? Bukankah orang yang secara spesifik mencari pasangan hidup akan memiliki probabilitas lebih tinggi untuk mendapatkan pendamping hidup?


Menurut Kay, dalam batas-batas tersebut, jawabannya adalah “YA”. Orang-orang yang berusaha untuk kaya secara rata-rata pasti lebih kaya dari yang tidak berusaha. Dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Namun, bila Anda ingin benar-benar kaya, benar-benar sukses, benar-benar bahagia, Anda dianjurkan untuk tidak mengejar tujuan tersebut secara langsung. Tentu saja Anda tetap harus bekerja keras, namun kerja keras tersebut dilakukan demi alasan lain.


Lihat saja daftar orang-orang kaya versi Forbes atau Fortune. Bill Gates, yang selalu menempati ranking orang terkaya di dunia selama beberapa tahun terakhir, tidaklah menghabiskan waktu untuk menghitung penghasilannya setelah mendirikan Microsoft. Apa yang ada di pikirannya adalah membuat sistem operasi dan perangkat lunak komputer yang lebih baik dan mengejar mimpinya untuk melihat setiap orang memiliki satu komputer. Demikian juga partnernya, Paul Allen. Setelah menjadi super milyuner, kedua orang ini tetap tidak mendewakan uang. Gates dan Allen adalah penyumbang aktif untuk organisasi-organisasi sosial. Kegiatan-kegiatan filantropis Gates dan Allen benar-benar tulus dan keluar dari lubuk hati terdalam mereka, bukan sekedar untuk membangun public image yang bagus. Pierre Omidyar dan Jeff Skoll, mendirikan eBay bukan karena berharap menjadi milyuner suatu saat nanti. Mereka melakukannya karena percaya pada kekuatan pasar bebas yang direplikasi di dunia maya. Baik Omidyar atau pun Skoll sekarang lebih aktif dalam dunia filantropis dibanding mengurusi eBay.


Dan orang kedua terkaya di dunia? Warren Buffett, sang investor nomor satu di Amerika Serikat. Buffet sampai saat ini masih tinggal di rumahnya di Omaha yang sudah ditempati 50 tahun. Mobilnya juga masih mobil lama meski kekayaannya hanya bisa diimbangi oleh Gates. Buffett sendiri mengaku dia tidak tertarik dengan uangnya, tapi proses penciptaan nilai lewat perusahaan-perusahaan yang dibelinya. Sekitar 90% kekayaan pribadi Buffett disumbangkan untuk tujuan amal.


Berbeda dengan pandangan umum, orang-orang yang super kaya tidak memikirkan uanguang, dan uang. Bagi mereka, uang justru merupakan hasil sampingan dari pengejaran mimpi mereka dengan gairah dan kepercayaan. (Untuk para wirausaha, kejarlah mimpi Anda, bukan uang.)


Dan siapa yang lebih berbahagia dan sukses menurut Anda: Bunda Theresa atau Michael Jackson? Dalai Lama atau Suharto? Negara paling bahagia sedunia? US? Prancis? Jepang? Australia? Italia? Bukan.. bukan.. Menurut World Values Surveys (WVS) yang dilakukan oleh University of Michigan, peringkat negara-negara paling bahagia tidak berkorelasi langsung dengan rata-rata pendapatan perkapita penduduknya. Memang di peringkat atas terdapat negara-negara kaya seperti Denmark dan Finlandia, tetapi negara-negara berkembang seperti Nigeria, Meksiko, Venezuela, El Salvador, dan Puerto Rico juga sering menempati posisi atas. Indonesia? Kita menduduki papan tengah dan masih lebih baik dari beberapa negara maju lainnya seperti Italia, Jepang, dan Korea Selatan. Yang menarik dari ranking ini adalah: negara-negara yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, tidak terlibat konflik bersenjata, dan tidak terlalu materialistis adalah negara-negara paling bahagia di dunia. Negara-negara maju yang aman dan memiliki tunjangan sosial yang baik (seperti Denmark dan Finlandia) juga memiliki peringkat yang tinggi. Sementara negara-negara maju yang menunjukkan kompetisi yang tinggi atau hedonis seperti Jepang tidak memiliki ranking yang terlalu baik. Paling parah adalah negara-negara yang masih dilanda konflik bersenjata di dalam negeri atau dengan negara lain seperti Irak atau Zimbabwe.


Prinsip obliquity ini masuk akal karena kita hidup di dunia yang digerakkan oleh sistem yang kebanyakan komponennya di luar kendali kita. Logika sederhana “Bila A lalu B” tidak laku di sini. Yang terjadi umumnya adalah: “Bila A, lalu B dan C; B mempengaruh C dan D; D mempengaruhi A, dst…” Belum lagi bila kita berhadapan dengan sesama manusia yang tingkah lakunya sukar diprediksi. Karena itu, pengejaran tujuan yang bersifat langsung kadang sulit diprediksi keberhasilannya.


Lalu apa yang harus dilakukan untuk mencapai hal-hal penting tersebut?


Kita jelas tidak bisa menemukan jawaban lengkap. John Kay juga tidak berani menawarkan jawaban. Tapi, hal-hal yang diajarkan oleh agama dan orang-orang bijak sejak ribuan tahun lalu mungkin bisa dijadikan titik awal (paling tidak, bila ajaran tersebut mampu bertahan ribuan tahun, pasti ada alasannya). Berdoa dan percaya pada Tuhan. Kenali dan jadilah diri sendiri. Bersikap jujur. Berilah sebelum meminta. Berilah cinta tanya syarat. Kerja keras. Tekun. Temukan tujuan hidupmu dan jalankan. Tidak mudah memang, tapi bisa jadi itu juga alasan mengapa sedikit dari kita yang bisa benar-benar mencapai hal-hal penting tersebut.

Friday, December 2, 2011

Sepotong Roti Manis dan Nikmat - Sebuah Kisah

Bob Butler kehilangan kedua kakinya pada tahun 1965 akibat ledakan ranjau di Vietnam. Ia kembali ke negerinya sebagai pahlawan perang. Dua puluh tahun kemudian dia sekali lagi membuktikan kepahlawanan yang murni berasal dari lubuk hatinya.
Butler sedang bekerja di garasi rumahnya di sebuah kota kecil di Arizona pada suatu Hari dalam musim panas ketika dia mendengar jeritan seorang wanita dari salah satu rumah tetangganya. Ia menggelindingkan kursi rodanya ke rumah ini, tetapi semak-semak yang tinggi di rumah itu tidak memungkinkan kursi rodanya mencapai pintu belakang. Maka veteran itu keluar dari kursinya Dan merangkak tanpa peduli debu Dan semak yang harus dilewatinya.

“Aku harus sampai ke sana,” ucapnya dalam hati. “Tak peduli bagaimanapun sulitnya.”
Ketika Butler tiba di rumah itu, dia tahu bahwa jeritan itu datang dari arah kolam. Di sana seorang anak perempuan berusia kira-kira tiga tahun sedang terbenam di dalamnya. Anak itu lahir tanpa lengan, sehingga ketika dia jatuh ke dalam kolam dia tidak dapat berenang. Sang ibu hanya bisa berdiri mematung sambil menangisi putri kecilnya. Butler langsung menceburkan diri dan menyelam ke dalam dasar kolam lalu membawanya naik. Wajah anak bernama Stephanie itu sudah membiru, denyut nadinya tidak terasa dan tidak benapas.
Butler segera berusaha melakukan pernafasan buatan untuk menghidupkannya kembali sementara ibunya menghubungi pemadam kebakaran melalui telepon. Dia diberitahu bahwa petugas kesehatan kebetulan sedang bertugas di tempat lain. Dengan putus ASA, dia terisak-isak sambil memeluk pundak Butler.
Sementara terus melakukan pernafasan buatan, Butler dengan tenang meyakinkan sang ibu bahwa Stephanie akan selamat. “Jangan cemas,” katanya. “Saya menjadi tangannya untuk keluar dari kolam itu. Ia akan baik-baik saja. Sekarang saya akan menjadi paru-parunya. Bila bersama-sama Kita pasti bisa.”
Beberapa saat kemudian anak kecil itu mulai terbatuk-batuk, sadar kembali Dan mulai menangis. Ketika mereka saling berpelukan Dan bergembira bersama-sama, sang ibu bertanya kepada Butler tentang bagaimana ia yakin bahwa anaknya akan selamat.
“Ketika kaki saya remuk terkena ledakan di Vietnam, saya sedang sendirian di sebuah ladang,” ceritanya kepada perempuan itu. “Tidak Ada orang lain di sekitar situ yang bisa menolong kecuali seorang gadis Vietnam yang masih kecil. Sambil berjuang menyeretnya ke desa, gadis itu berbisik dalam bahasa Inggris
patah-patah, “Tidak apa-apa. Anda akan hidup. Saya akan menjadi kaki Anda. Bersama-sama Kita pasti bisa.”
“Ini kesempatan bagi saya untuk membalas yang pernah saya terima,” katanya kepada ibu Stephanie.
Kita semua adalah malaikat-malaikat bersayap sebelah. Hanya bila saling membantu Kita semua dapat terbang ( Luciano De Crescenzo. )

Thursday, September 29, 2011

Taking Criticism Effectively

“Criticism may not be agreeable, but it is necessary.
It fulfills the same function as pain in the human body.
It calls attention to an unhealthy state of things.”
~ Winston Churchill

Criticism is crucial for personal improvement. It’s the most direct way to find out what you should improve on. However, accepting criticism can be emotionally challenging. Afterall, we’re only human, who wants to hear bad stuff about ourselves?

It’s hard to not take it personally. Our instinctive reaction is to become defensive and we shut out potentially helpful and life-enhancing tips. By doing this, we miss out on what could supercharge our improvement.

So how can you take criticism without getting self-conscious and defensive?

Answer: An effective way to accept criticism is to externalize it.

When you externalize criticism, you escape the defensiveness trap. You stop being self-conscious and take criticism objectively, which lets you reap the benefits of the helpful tips that the criticism contains.



The criticism isn’t directed at you personally, but at a writer, artist, worker, developer (or whatever else you’re getting feedback for) that just happens to have the same name as you. When you take criticism objectively, your initial defensiveness fades away, simply because you’re not taking it personally anymore.

Externalizing criticism lets you extract helpful tips from even the most critical feedback. You take the bits that make sense to you and discard the rest. You don’t risk getting defensive or even feeling bad or self-conscious.

Externalizing criticism is also a shield from bad and unhelpful criticism. It doesn’t matter how much or what kind of comments and criticism you get: you look at it all objectively. You can take what makes sense to you and discard the rest.

When you externalize criticism, you can easily take and use it to supercharge your personal improvement.

5 Steps to Effectively Taking Criticism

Ready to improve your taking of criticism? Good.

Next time you ask for feedback, follow these 5 steps to externalize criticism:

1. Wait for your gut reaction to pass before doing anything – let your emotions disappear, so you don’t take the criticism personally and become defensive
2. Imagine the criticism is directed at someone else – some person who happens to have your name and does exactly what you do
3. Keep your mouth shut – listen, don’t defend
4. Discuss the person’s points – asking questions will a) help you to get even more useful tips from them, and b) externalize the criticism more (you’re seeing it even more objectively this way)

Rinse and repeat every time you get feedback until externalizing criticism becomes a habit.

(Bonus) How to even more effectively take criticism:

1. Be confident – believe in what you do, so that even the most critical comments don’t sway your direction
2. Have a clear goal in what you’re doing – so when you ask for feedback on it, you can take criticism to improve the key areas rather than let others dictate the direction and get lost

Why It’s So Hard to Take Criticism

The reason we get defensive when taking criticism is because we’re tied to our ego. So when someone is giving tips on how we can improve, that person is indirectly acknowledging that we’re not great at something. And our ego gets bruised.

As Dr. Leon F. Seltzer explains in his Psychology Today article on why criticism is so hard to take:


“Criticism, even well-intended criticism, can be understood as a direct assault on our ego. When (however unconsciously) we’ve come to associate our very selves with our ego or point of view, then whenever our perspective is questioned, disbelieved, or disputed, we cannot but experience ourselves in jeopardy – our mental and emotional poise at once thrown into disequilibrium.”

Even if it’s made clear that the criticism is not to criticize but instead show how you can improve, you naturally want to defend yourself. And when you go into defensive mode, you don’t get the tips from the criticism that could really supercharge your improvement.

So detach yourself from your ego – at least when you take criticism. Externalize the criticism so you look at it objectively, rather than as a critique of yourself (and thus your ego).

An Experience with Criticism

Back then, I don't really care what people think of me. When they told me that they don't like my attitude or the way I handle things, I think that I'm right, and they should be able to accept it.

But as I grew up, I am able to take criticism more openly. I will never get mad to the person who criticized me. I thank them for telling me my minus point. Only true friend are able to do that.

After they criticized me, I will listen and never argue. But if I had my reason, I will tell them. But then I guess, it is in our instinct to be defensive. But I do take note and on my own free time, I will think it thoroughly and think of ways to improve whatever it is that has been bothering them.

So friends, if you had anything about me you want to critic, feel free to contact me. I welcome criticism, that's the only way one can see oneself from another person's eye :)

How to Take Criticism

Having trouble taking criticism? Know that the useful tips can help, but you block yourself from them by taking criticism personally and getting defensive? Don’t worry – it’s a natural reaction, and there’s a solution: Effectively accept criticism by externalizing it.

You’ll supercharge your personal improvement by being able to easily get useful tips from people’s feedback. You’ll look at the criticism objectively and take away what makes sense to you, using it to improve what you’re doing. And by listening and discussing instead of defending, you’ll get even more use out of the criticism.

Now go out there and ask for some feedback. Take the criticism, externalize it, and supercharge your improvement.

Source: http://jessymclaren.blogspot.com/2011/02/how-to-take-criticism.html

Tuesday, August 23, 2011

The Virtue Behind The Word

 The fish trap exists because of the fish. Once you've gotten the fish you can forget the trap. The rabbit snare exists because of the rabbit. Once you've gotten the rabbit, you can forget the snare. Words exist because of meaning. Once you've gotten the meaning, you can forget the words. Where can I find a man who has forgotten words so I can talk with him?  ~Chuang Tzu
First of all, by this quote, as though I am reminded that sometimes we should capture the meanings behind the words. Eventhough in fact we doesn't always get it but for the positive thing it can be a useful to catch quickly the meaning that be contained in our friend's words...Yes, I should learn it more and more...

Second thing, It is reminded me also to learn the words seen incisive and rude but the truly meaning in it are to reminded, awaken and resuscitate us from something wrong....sooo once again we have to wise to deal with this kind of words.....reserve it first...serach the meaning....if it is to awaken us...transform it for our virtue...and otherwise to blame us with no reason....reject it as soon as possible.....continue your way to live the life...That is..... 

Wednesday, August 17, 2011

Once Again About Judgement - A Deep Thought



Judgement means a stale state of mind. And mind always wants judgement,because to be in a process is always hazardous and uncomfortable.

This story happened in the days of Lao Tzu in China, and Lao Tzu loved it very much:

There was an old man in a village, very poor, but even kings were jealous of him because he had a beautiful white horse. Kings offered fabulous prizes for the horse, but the man would say, "This horse is not a horse to me, he is a person. And how can you sell a person, a friend?" The man was poor, but he never sold the horse.

One morning he found that the horse was not in the stable. The whole village gathered and said, "You foolish old man! We knew that someday the horse would be stolen. It would have been better to sell it. What a misfortune!"

The old man said, "Don't go so far as to say that. Simply say that the horse is not in the stable. This is the fact; everything else is judgement. Whether it is a misfortune or a blessing I don't know, because this is just a fragment. Who knows what is going to follow it?"


People laughed at the old man. They had always known he was a little crazy. But after fifteen days, suddenly one night the horse returned. He had not been stolen, he had escaped into the wild. And not only that he had brought a dozen wild horses with him.

Again the people gathered and they said, "Old man, you were right. This was not a misfortune, it has indeed proved to be a blessing."

The old man said, "Again you are going too far. Just say that the horse is back...who knows whether it is a blessing or not?" It is only a fragment. You read a single word in a sentence - how can you judge the whole book?"

This time the people could not say much, but inside they knew that he was wrong. Twelve beautiful horses had come.

The old man had an only son who started to train the horses. Just a week later he fell from a horse and his legs were broken. The people gathered again and again they judged. They said, "Again you proved right! It was a misfortune. your only son has lost the use of his legs, and in your old age he was your only support. Now you are poorer than ever."

The old man said, "You are obsessed with judgement. Don't go that far. Say only that my son had broken his legs. Life comes in fragments and more is never given to you."

It happened that after a few weeks the country went to war, and all the young men of the town were forcibly taken for the military. Only the old man's son was left because he was crippled. The whole town was crying and weeping, because it was a losing fight and they knew that most of the young people would never come back. They came to the old man and they said, "You were right, old man - this has proved a blessing. maybe your son is crippled, but he is still with you. Our sons are gone forever."

The old man said again, "You go on and on judging. Nobody knows! Only say this, that your sons have been forced to enter the army and my son has not been forced. But only God, the total, knows whether it is a blessing or a misfortune."

Judge not, otherwise you will never become one with the total. With fragments you will be obsessed, with small things you will jump to conclusions. Once you judge you have stopped growing. Judgement means a stale state of mind. And mind always wants judgement, because to be in a process is always hazardous and uncomfortable.

In fact the journey never ends. One path ends, another begins: one door closes, another opens. You reach a peak; a higher peak is always there. God is an endless journey. Only those who are so courageous that they don't bother about the goal but are content with the journey, content to just live in the moment and grow into it, only those are able to walk in the total.

Saturday, July 16, 2011

Stop Looking Beyond My Craetor


I just came across this quotable quote while reading today.

You can't go on 'seeing through' things forever. The whole point of seeing through something is to see something through it... If you see through everything, then everything is transparent. But a wholly transparent world is an invisible world. To 'see through' all things is the same as not to see.

It made a whole lot of sense to me. Some people try to look beyond an issue, and go too far only to find nothing of use or benefit to its existence. Some people seek to change something, but in fact, what he seeks to change is nothing. This nothing-ness can't be changed, and the scary part is, this dis-illusion sometimes can't be corrected either.

So a balance between the simple and the abstract is often needed.

With age, abstraction and complexity often attracts man, but is as often not needed. Simple things done simply can yield as good a result and if not better and in a shorter time. I need to remember that. Perfection sometimes can be so far away that the process of attaining it becomes so confusingly imperfect. Maybe its not just age... its a whole load of pride and a foggy experience of reality...

Some people look through creation and see God... Many try to look beyond God and find theory... Maybe if they looked deeper... they'd find emotion and raw unbelief...

I choose to stop looking beyond my Creator... I don't see how I could ever understand as much as what the Creator of the universe does.

Wednesday, July 13, 2011

My Confession About Happiness


"Happiness is as a butterfly which, when pursued is always beyond our grasp, but which if you will sit down quietly, may alight upon you."
In the end of my ordianry day, I've something crossed in my mind said: 'Should our happiness is absolutely determined by our plan for our own ultimate goal, our success?' And my first response to it "NO"..."But why?"...I've wondered.
I am sure some of you might not agree with me... but I am not saying that you should not plan for your future to be successful or to become wealthy, what I am trying to say is that even though you are successful or wealthy (now or in the future), there is no guarantee that you will be happy!
Like the quote above said, sometimes when we try with all of our effort..., don't know why Happiness is always beyond our grasp.....and I think it really true that sometimes Happiness come alight upon us when we just do our life in a mediocre rhythm!
To put it another way, if we are feeling not in right mood today, can we tell yourself "Ok, today is not my day, I will plan to be happy only tomorrow!"?. The thing is, when tomorrow comes, will you be really happy because you have planned it yesterday?
Now, do you agree with me?
To me, in all walks of life, there will always be a bunch of people who will stay happy regardless of their situation, and there will be another bunch of people who will remain unhappy even though they might be filthy rich or very successful.
To be happy, you just need to enjoy what you have while looking for what you don't have! Don't wait to be happy only when you have what you don't have. By that time you have what you don't have, you might not have what you already have!
To be happy, you need to plan your future at the best you can do it but not to live with it cloaky-and-daggerly. You plan your future at your best and live it ...YESS I AGREE....but you should not to forget that there is an amazing invicible always be with us that can able us to live in adequate amount of everything.
 
Cheers!

Sunday, June 26, 2011

Sang Pianis dan Sang Anak Kecil

Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal.

Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya.

Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh. Sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi.

Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut.

Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle-twinkle little star.

Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata, "Teruslah bermain" dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.

Sang pianis lalu duduk di samping anak itu dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu. Ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.

Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang anak jadi besar kepala, pikirnya, "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.

Apa implikasinya dalam hidup kita ?

Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa bahwa semua itu terjadi karena Tuhan ada di samping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Tuhan di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia-sia. Tapi bila Tuhan ada di samping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita. Semoga kita tidak pernah
lupa bahwa ada Tuhan di samping kita.

Source: pondok-cerita.blogspot.com

Monday, June 20, 2011

A Leeson From A Child Story: A Great Passion Bring A Great Life


Murni dan segar adalah bunga-bunga yang berembun;
Jernih dan nyaring adalah kicauan burung-burung.
Awan berarak tenang, air laut kebiru-biriuan.
Siapakah penulis Kitab Sejati Tanpa Aksara?
Menjulang tinggi adalah pegunungan;
Hijau adalah pepohonan, dalam adalah lembah-lembah.
Angin berembus lembut, rembulan pun cerah.
Diam-diam kubaca Kitab Sejati Tanpa Aksara
[Zenkei Shibayama]-Kitab Sejati Tanpa Aksara


Kemarin malam, dalam perjalanan pulang dari sebuah supermarket, istri saya menceritakan sebuah kisah nyata yang dia baca dari link yang dikirimkan teman kami dari sebuah grup diskusi. Kisah itu bercerita tentang kejadian nyata yang dialami oleh seorang anak SD yang tinggal bersama neneknya di sebuah rumah yang beralaskan tanah dan tikar, berdinding hanya selutut orang dewasa di bawah sebuah jembatan ( bisa dibilang dalam perspektif  standard hidup perkotaan saat ini itu bukan sebuah rumah). Yang menjadi inti kisah tersebut adalah bagaimana kebesaran hati yang maha luas seperti sebuah samudera raya yang entah bagaimana caranya bisa ada dalam sebuah bejana tanah liat yang dihembus dengan sebuah hembusan menjadi sesosok yang namanya anak kecil dalam menghadapi berbagai kegetiran hidup di jaman ini. Kisah itu selengkapnya dapat dibaca di http://muda.kompasiana.com/2011/06/18/senyuman-alex/


Entah mengapa! Ketika istri saya menuturkan ulang kisah ini membuat saya yang saat itu sedang menyetir  seolah-olah melihat sebuah film layar lebar, dengan kaca depan mobil kami sebagai layar sorotnya, dimana tergambar jelas alur kisah tersebut dalam benak saya (yang untungnya tidak sampai menimbulkan masalah pandangan di tengah mengendarai mobil… ).  Kisah tersebut membuat saya dan anak kami terdiam khusyuk mendengarnya, entah mengapa juga anak kami yang biasanya aktif menjadi seolah terhipnotis dengan kisah tersebut, dalam relung hati saya ada keharuan yang menjelma menjadi sebuah keprihatinan dan simpati yang teramat mendalam  akan kisah anak tersebut.

Di ujung kisah tadi, saya teringat akan sebuah syair (di atas) yang menurut saya sangat luar biasa yang ditulis oleh Zenkei Shibayama, perlu diketahui ini satu-satunya syair Jepang yang saya ketahui dan member kesan mendalam akan maknanya.

Syair di atas menggambarkan keindahan alam sebagai sebuah maha karya yang dianalogikan dengan sebuah Kitab Tanpa Aksara, namun setelah mendengar kisah anak tadi, di benak saya muncul ide bahwa Kitab tersebut sejatinya juga mencakup kisah-kisah nyata yang dialami seluruh mahluk hidup, dengan salah satu ayatnya yang mengisi kitab tersebut adalah kisah anak tadi.

Namun, setelah saya renungkan lagi, ada ide lain muncul yang menyatakan bahwa kisah anak tersebut termasuk dan dicatat dalam Kitab Kehidupan. Dalam ajaran nasrani, kisah setiap orang akan dimasukkan ke dalam sebuah kitab yang bernama Kitab Kehidupan, yang akan dijadikan acuan untuk mempertimbangkan keadilan dalam pengadilan akhir untuk menentukan status kekekalannya apakah masuk surga atau neraka. 

“Wah, ada dua kitab dong kalau begitu?”  Saya bertanya-tanya sendiri dibuatnya.
Tidak seperti itu jika ditilik lebih lanjut keduanya merupakan Kitab Tanpa Aksara dan keduanya juga Sejati yakni sebagai Maha KaryaNya. Zenkei memaknai keindahan alam sebagai Maha KaryaNya dalam melukis alam di dunia ini untuk bisa dinikmati oleh kita semua dan saya setuju jika secara tanpa sadar menikmati keindahan alam berarti kita sedang membaca karyaNya yang Agung yang berupa tulisan Tanpa Aksara di alam ini. Namun saya menyadari karyaNya yang paling Agung adalah manusia dan kisahnya.

“ Manusia?” Barangkali banyak yang seia sekata dengan saya, tapi kisah seseorang apakah bisa disebut karyaNya yang paling Agung???

“Yap, salah satu contohnya adalah kisah anak tadi, bukan!” 

Saya sangat meyakini karena itulah anak tadi bisa dengan tabahnya menghadapi berbagai kegetiran hidup ini , karena itulah seorang anak kecil tadi bisa memiliki kebesaran hati sebesar samudera luas yang dimasukkan ke dalam sebuah bejana tanah liat yang diberi hembusan. Di tengah berbagai aspek ketidakadilan yang secara kasat mata terlihat menimpa anak ini diam-diam meruak keadlian sejati dari dalam dirinya…

Monday, June 13, 2011

Zhang Da's Life Story

Untuk siapapun yang mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari ortu kuncinya satu memaafkan , sehingga kedamaian ada pada hidup kita , jaman dulu sdh biasa ortu bertindak seperti itu , banyak faktor, salah satunya kemiskinan dan pendidikan yg rendah. Moga 2 tulisan dibawah ini membawa kita semua , terutama yg mengalami hal 2 buruk, setelah membaca e-mail ini ada damai dalam hidup kita, Amin.

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa. Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik diantara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luarbiasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.
Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya. Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.
ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.
Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya.
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.
Aku Mau Mama Kembali.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, "Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!" Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu" Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, "Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!" demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yg istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada jalan keluarnya...ditiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya. Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan.... bangkitlah! karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya.

Suatu Saat Ketika Chatting DenganNya

Inspiration
Pernah chatting? atau jangan2 sering chatting? Nah, pernahkah pemirsa chatting dengan Tuhan? berikut kutipan hasil chatting dengan Tuhan, yang saya dapatkan dari salah satu teman saya yang mengirimkan artikel inspirasi ini pada saya :
BUZZ
BUZZ..
TUHAN : Kamu memanggilKu ?
AKU: Memanggilmu? Tidak.. Ini siapa ya?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-
bincang denganmu.
AKU: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih
baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.

AKU: Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang
sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah
menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi
produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu,
produktifitas membebaskan waktu.
AKU: Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghidarinya.
Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting
seperti ini.
TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu
beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium
yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.
AKU: OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang
membuatnya jadi rumit.
AKU: Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu
merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi
kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU: Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu
banyak ketidakpastian.
TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran
adalah sebuah pilihan.
AKU: Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa Sakit tidak bisa dihindari, tetapi Penderitaan adalah
sebuah pilihan.
AKU: Jika Penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu
menderita?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat
dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa
menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik
bukan sebaliknya.
AKU: Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?
TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras. Guru
pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.
AKU: Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu? Mengapa
kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?
TUHAN : Masalah adalah Rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan
kekuatan mental (Purposeful Roadblocks Offering Beneficial Lessons
(to)Enhance Mental Strength). Kekuatan dari dalam diri bisa keluar
dari perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.
AKU: Sejujurnya ditengah segala persoalan ini, kami tidak tahu
kemana harus melangkah…
TUHAN : Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana
kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi.
Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati
memberimu arah.
AKU: Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang
dapat saya lakukan?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain.
Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan
perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau
sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain
bekejaran dengan waktu.
AKU: Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada
masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau
syukuri,jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
AKU: Apa yang menarik dari manusia?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya “Mengapa harus aku?”. Jika
mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya “Mengapa harus aku?”.
AKU: Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi
apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuan
itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
AKU: Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini?
TUHAN : Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini
dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
AKU: Pertanyaan terakhir. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak
dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya
adalah TIDAK.
AKU: Terima Kasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN : Oke. Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut. Hidup
adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk diselesaikan.
Percayalah padaKu. Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.

Tuesday, May 31, 2011

Ketika Tuhan Bilang Tidak

Ketika aku meminta, " Tuhan.. ambillah kesombongan dariku."
Dan Tuhan bilang, "Tidak",
Tuhan bilang, "bukan Aku yang mengambil tapi kau yang harus menyerahkannya. "

Ketika aku meminta, " Tuhan.. sempurnakanlah kekurangan tubuhku."
Dan Tuhan bilang, "Tidak",
Tuhan berkata, "Jiwa dan roh mu telah utuh, tubuhmu hanya sementara yang akan binasa.
Perhiasan batiniahmu yang terdiri dari keberadaan diri sejati, yaitu roh yang lemah lembut dan tenteram, itulah yang berharga di mata-Ku."

Ketika aku meminta, " Tuhan.. berikanlah aku kesabaran."
Dan Tuhan bilang, "Tidak",
Tuhan berkata, "Tidak, kesabaran didapat dari ketabahanmu ketika imanmu dicobai. Itu tidak diberikan, tetapi diraih."

Ketika aku meminta, " Tuhan.. beri aku kebahagiaan. "
Dan Tuhan bilang, "Tidak",
Tuhan berkata, "Aku memberi berkat dan kasih karunia, tapi kebahagiaan tergantung pada pilihanmu sendiri untuk menghargai berkat dan anugrah-Ku itu."

Ketika aku meminta, " Tuhan.. jauhkan daripadaku kesusahan."
Dan Tuhan bilang, "Tidak",
Tuhan berkata, "Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan membawamu lebih dekat kepada-Ku."

Ketika aku meminta, " Tuhan.. berikanlah aku semua yang aku ingini dalam hidupku supaya aku bisa menikmatinya. "
Dan Tuhan bilang, "Tidak",
Tuhan berkata, "Aku memberimu kehidupan supaya kamu menikmati semuanya."

Ketika aku meminta, " Tuhan.. bantu aku mencintai orang lain, sebesar cinta-Mu padaku."
Dan Tuhan bilang, "Tidak",
Tuhan berkata, "Akhirnya kau mengerti."

Berbahagialah bila doa-doamu belum dijawab karena mata TUHAN sedang tertuju padamu untuk memberikan kepadamu yang terbaik yang belum kamu ketahui dan tidak pernah kamu pikirkan sebelumnya, sehingga pada saat kamu diberkati oleh-Nya bibir dan mulutmu tidak akan berhenti bersyukur dan memuji kebesaran nama -Nya......

Monday, September 27, 2010

Melalui Orgel Rusak, Joseph Mohr Mencipta Lagu Natal Paling Terkenal - Malam Kudus

“Silent night, holy night, all is calm, all is bright ....” SIAPA pun tentu mengenal   nukilan teks lagu di atas. Ya,   itu adalah bait pertama dari lagu “Malam Kudus” atau “Silent Night”, lagu Natal yang sangat terkenal. Bahkan orang yang bukan Kristen pun banyak yang mengenal lagu tersebut.  Hanno Shilf, seorang penulis asal Jerman yang pernah melakukan riset tentang lagu yang paling populer untuk film garapannya, menemu-kan bahwa sekitar 75% penduduk dunia mengenal lagu “Malam Kudus”, tentu dalam berbagai bahasa yang berbeda. Tapi siapa penggu-bah lagu yang dinyanyikan semua orang kristiani di dunia setiap Natal itu, mungkin tidak banyak yang tahu.  Joseph Mohr, adalah nama peng-gubah lagu yang begitu hebat itu. Putra pasangan Joseph Franz Mohr dan Anna Schoiberin ini sejak kecil memang sangat menyukai musik. Mohr kecil secara aktif juga meng-ikuti paduan suara Gereja Katedral Salzburg, di bawah asuhan Vicar Johann Nepomuk Hiernle. Hobi dan kegemarannya terhadap dunia seni  terus dia kembangkan hingga dewasa. Dan tak dinyana, lahir se-buah mahakarya yang dicintai, bah-kan memberkati  banyak orang.    Tatkala lagu “Malam Kudus” diku-mandangkan, bait demi bait, tak sedikit orang merasa terharu dan meneteskan air mata, karena menghayati keagungan lagu tersebut. Tidak sedikit pula orang perantauan yang di kala Natal, saat mendengar lagu ini, terkenang masa kecil dan masa-masa bersama keluarga yang indah saat Natal. Namun sedikit orang tahu bagai-mana suasana hati Mohr, asisten pastor di gereja kecil St. Nicholas di daerah pegunungan Tirol Jerman Selatan, saat mencipta lagu tersebut. Situasi pahit ketika itulah yang inspirasi Mohr sehingga tercipta lagu tersebut.    Joseph Mohr lahir sebagai anak di luar nikah. Kelahirannya diang-gap sebagai aib di masyarakat. Bahkan karena hal itu, Anna Schoi-ber, ibunya, harus menerima huku-man denda sebesar sembilan florin karena “melanggar hukum”. Sebab norma dan hukum yang berlaku masa itu menganggap mengandung di luar nikah, sama dengan tindak kriminal. Dan denda sebeser 9 florin sama besarnya dengan penghasilan Anna selama setahun, sebagai pemintal atau penyulam. Demi kelangsungan hidup si kecil Joseph, Anna Schoi-ber merelakan Joseph untuk diang-kat sebagai anak oleh seorang jaksa kaya di kota Mariapfarr, Franz Joseph Wohlmuth. Konon lagu “Malam Kudus” ter-cipta justru berawal dari sebuah “musibah’. Beberapa hari sebelum Natal, orgel gereja rusak. Umat dan pelayan gereja pun kebingungan dibuatnya. Bagaimana mungkin merayakan Natal, dengan himn yang agung nan berwibawa, tanpa iringan orgel. Rusaknya orgel itu merupakan rangsangan bagi Mohr untuk mencipta lagu yang sederhana, namun bermakna, terinspirasi dari kisah hidupnya yang pilu dan sepi. Pun mengingatkan betapa berharganya Yesus datang ke dunia, meski di malam nan sunyi senyap.  Andai saja orgel gereja tak rusak, mungkin saja lagu  inspiratif itu tak akan pernah lahir.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...