Monday, April 15, 2013

Reksadana Indeks Versus ETF

ETF (Exchange-Traded Fund) merupakan wahana investasi yang relatif baru di negeri kita ini. Produk ETF yang ada saat ini ada dua, yaitu ABF IBI Fund dan Premier ETF LQ-45. ABF IBI Fund menggunakan portfolio indeks obligasi sebagai patokan sedangkan Premier ETF LQ-45 menggunakan indeks LQ-45 sebagai indeks patokan. 

Sebelum ETF muncul, kita telah terlebih dahulu mengenal reksa dana indeks, yaitu Danareksa Indeks Syariah. Reksa dana ini menggunakan indeks JII (Jakarta Islamic Index) sebagai acuan. Baik ETF maupun reksa dana indeks berusaha menirukan kinerja dari indeks acuannya. Lalu apa perbedaan keduanya?

 Reksa Dana Indeks 
Reksa dana indeks adalah reksa dana yang portfolionya terdiri atas saham-saham penyusun indeks tertentu. Proporsi kepemilikan saham oleh reksa dana indeks sebisa mungkin disamakan dengan komposisi indeks acuan tersebut sehingga diharapkan kinerjanya akan menyamai kinerja indeks acuan. 

Proses pembentukan reksa dana indeks sama dengan reksa dana pada umumnya. Mari kita perhatikan gambar berikut:




Manajer investasi akan membeli saham-saham di pasar sampai dengan komposisinya menyamai indeks. Tentu saja dalam perjalanannya nanti akan terjadi sedikit perbedaan kinerja dengan indeks acuan. Perbedaan ini disebut dengan tracking error. Setiap beberapa bulan sekali, manajer investasi akan menata ulang portfolionya untuk meminimalisasi tracking error ini. Manajer investasi kemudian menjual membeli unit penyertaan kepada para investor. 

Pembelian reksa dana indeks sama dengan reksa dana pada umumnya. Kita dapat membelinya di agen penjual reksa dana atau langsung ke manajer investasinya. Begitu juga jika kita ingin menjual unit reksa dana kita. NAB reksa dana indeks dapat kita lihat setelah berakhirnya sesi perdagangan harian. 

Karena reksa dana indeks memerlukan pengawasan yang relatif sedikit, maka management fee untuk MI biasanya cukup rendah. Untuk Danareksa Indeks Syariah, management fee tahunan maksimal 0.3% dari NAB. Biaya ini jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya pengelolaan reksa dana saham biasa yang bisa mencapai 2.5% per tahun. 

 ETF 
Pada tulisan ini, saya hanya akan membahas mengenai ETF saham karena memiliki underlying portfolio yang saham dengan reksa dana indeks yaitu saham. 

Hampir sama dengan reksa dana indeks, ETF berusaha untuk mereplikasi indeks tertentu agar kinerjanya sama dengan indeks acuan tersebut. Pembentukan ETF berbeda dengan reksa dana indeks. Mari kita perhatikan gambar berikut: 



Dealer partisipan akan membeli saham-saham di pasar dengan komposisi yang saham dengan indeks acuan sampai dengan jumlah tertentu. Saham-saham yang telah dibeli ini kemudian ditukarkan dengan unit kreasi yang dibuat oleh manajer investasi ETF. Setelah memiliki unit kreasi yang dimiliki oleh dealer partisipan dapat disimpan sendiri atau dijual ke pasar setelah dipecah-pecah dalam bentuk unit penyertaan. Satuan penjualan di pasar adalah lot (500 unit penyertaan). 

Jadi, perbedaan pertama antara ETF dengan reksa dana indeks adalah bagaimana cara pembentukannya. Pada ETF, yang berhak untuk bertransaksi dengan manajer investasi hanyalah dealer partisipan yang sering disebut juga dengan market maker. 

Sama halnya dengan reksa dana indeks, pengelolaan ETF juga bersifat pasif sehingga management fee nya pun relatif rendah jika dibandingkan dengan reksa dana saham pada umumnya. 

Perbedaan kedua adalah pihak yang menjual dan membeli unit penyertaan. Investor ETF hanya dapat membeli dan menjual unit penyertaan dari investor lain melalui pasar sekunder. Proses transaksinya sama persis dengan transaksi saham. Jadi saat membeli atau menjual unit penyertaan, kita tidak dikenai subscribe atau redeem fee melainkan komisi broker yang jumlanya bervariasi antara 0.2%-0.3% untuk pembelian dan 0.3%-0.4% untuk penjualan. Kesimpulannya untuk dapat berinvestasi di ETF, kita harus terdaftar sebagai nasabah suatu sekuritas. 

Perbedaan ketiga adalah penetapan harga unit penyertaan. Jika pada reksa dana indeks, NAV nya ditentukan berdasarkan nilai wajar dari aset yang dimilikinya, maka pada ETF, harganya tidak harus sama dengan NAV nya. Di samping itu, harga ETF akan diupdate secara kontinyu selama perdagangan di pasar berlangsung. Hal ini berbeda dengan reksa dana indeks di mana NAV nya hanya dapat kita ketahui 1 kali setiap harinya yaitu saat perdagangan di pasar telah berakhir. Harga unit penyertaan ETF ditentukan oleh transaksi antar investor di pasar. 

Perbedaan keempat adalah periode settlement. Jika kita ingin membeli reksa dana indeks, kita harus menyediakan dananya terlebih dahulu. Jika kita membeli ETF, kita tidak harus memiliki dananya saat itu juga, akan tetapi diberi waktu hingga 3 hari setelah transaksi (T+3). Adanya perbedaan ini disebabkan karena ETF diperlakukan sama dengan saham yang memiliki periode settlement 3 hari. 
Walaupun terdapat beberapa perbedaan, ETF dan reksa dana indeks memiliki persamaan: 
  
  • Portfolionya mengacu pada suatu indeks tertentu 
  • Biaya pengelolaan yang relatif rendah 

Lalu mana yang kita pilih?Jika kita adalah investor pasif, maka baik ETF maupun reksa dana indeks sama saja. Namun jika kita adalah investor aktif, maka ETF merupakan pilihan yang lebih baik karena dapat diperdagangkan secara real-time tanpa harus menunggu berakhirnya sesi perdagangan. Baik ETF maupun reksa dana menawarkan satu keunggulan yaitu memiliki kinerja yang menyamai indeks acuan dengan biaya pengelolaan rendah. 

Namun ada hal lain yang harus kita perhatikan. Saat ini volume perdagangan ETF sangat rendah sehingga mengakibatkan lebarnya spread (perbedaan) antara harga bid dan offer di pasar. FYI, ’bid’ adalah harga yang kita dapatkan jika ingin menjual ETF saat itu juga sedangkan ’offer’ adalah harga yang kita dapatkan jika kita ingin membeli ETF saat itu juga. 

Selain itu, karena tidak ada keharusan bahwa harga unit penyertaan ETF sama dengan NAV nya, maka terkadang terdapat perbedaan yang cukup besar antara harga dengan NAV nya. Jika kita jeli, maka kita dapat memanfaatkannya dengan membeli ETF jika harganya di bawah NAB dan menjualnya jika harganya lebih tinggi dari NAV nya. FYI, NAV ETF seharusnya sama dengan nilai indeks acuannya. 

Hal yang serupa dapat pula dilakukan oleh dealer partisipan untuk menambah keuntungan. Saat harga ETF lebih tinggi daripada indeks acuan, maka dealer partisipan akan membeli saham-saham penyusun portfolio ETF di pasar dan kemudian menjual unit kreasi yang dimilikinya kepada manajer investasi ETF. Demikian pula jika harga ETF lebih rendah daripada indeks acuannya, maka dealer partisipan dapat menjual saham-saham penyusun portfolio ETF dan menggunakan dana yang didapat untuk membeli unit kreasi dari manajer investasi ETF. Tindakan ini disebut dengan arbitrage. 

Demikian sedikit paparan mengenai ETF dan reksa dana indeks. Selamat berinvestasi!

Source : www.parahita.wordpress.com

Friday, March 1, 2013

Kolaborasi

Dahulu setiap pebisnis berusaha mencari lokasi yang jauh dari kompetitor. Namun, sekarang para pebisnis yang ada dalam satu industri berlomba untuk berkumpul bersama di sebuah sentra usaha. Maka sekarang kita lihat seperti sentra bisnis dengan produk atau jasa spesifik dan sejenis, ada sentra bisnis produk elektronik, pusat perdagangan tektil, sentra kuliner, bahkan sudah mulai ada sentra jasa lawyer yang berdampingan bersama-sama.

Orang tak takut lagi bersaing dengan tetangga, justru hidup berdampingan secara sehat. Dengan kata lain, orang tak sibuk lagi berkompetisi, tetapi dengan senang hati ingin berkolaborasi. Para pelaku bisnis tahu persis bahwa pasar terlalu kecil untuk diperebutkan satu sama lain, namun justru terlalu luas dan terbuka lebar untuk dikembangkan bersama-sama.

Ketika ekonomi dunia sedang mengalami turbulensi maha dashyat, tak satu negara pun sanggup menyelesaikannya sendiri. Termasuk negara adidaya seperti USA sekali pun sepakat bahwa semua negara harus bergandengan tangan mengatasi persoalan ini. Tiap individu, korporasi, dan juga pemerintah harus keluar dari semangat ultrakompetisi yang saling membunuh satu sama lain. Sebaliknya, hanya kolaborasilah yang mampu menciptakan inovasi terobosan untuk menyelesaikan pe rsoalan multidimensi.

Khususnya bagi dunia usaha, semangat kolaborasi bukan sekadar sebuah pilihan, melainkan sudah menjadi keniscayaan. Jika ingin tetap eksis, sebuah perusahaan harus membangun jejaring yang terbuka dengan pesaing, pelanggan, pemerintah, asosiasi pengusaha, komunitas  akademisi, serta mitra bisnis mereka.

Model inovasi tertutup yang ditempuh oleh sebuah organisasi tunggal adalah pendekatan masa lampau. Inovasi terbuka lewat kolaborasi antar institusi akan menjadi daya saing baru. Masalahnya, bagaimanakah bentuk kolaborasi yang cocok bagi perusahaan kita?

Pakar manajemen inovasi, Gary P. Pisano dan Roberto Vergantti, dalam tulisan Which Kind of Collaboration is Right for You? (HBR, Desember 2008), memperkenalkan empat model kolaborasi.

Elite Circle
Sebuah perusahaan memilih sekelompok orang tertentu yang diminta merumuskan masalah sekaligus juga mengajukan usulan pemecahannya.

Innovation Mall
Wahana bagi sebuah perusahaan untuk menempatkan masalahnya dan mengundang orang untuk mengusulkan pencerahan.  Setelah itu, perusahaan akan memilih solusi terbaik diantara ususlan yang ada. Salah satu contoh wahana ini dapat berupa website yang berfungsi menempatkan berbagai problem. Setiap orang bebas masuk ke website untuk memberikan komentar dan alternatif solusi atas problem yang diposting tersebut.

Innovation Community
Cara ini memungkinkan setiap orang mengajukan masalah apa pun, sekaligus menawarkan solusi apa pun. Secara kolektif mereka memutuskan solusi yang akan digunakan bersama. Contoh populer model ini adalah komunitas peranti lunak linux open source.

Consortium
Memilih beberapa perusahaaan mitra secara selektif untuk merumuskan masalah, menentukan mekanisme kerja, serta memutuskan solusi yang akan ditempuh. IBM memakai pendekatan ini dengan memilih beberapa perusahaan mitra untuk mengembangkan teknologi semikonduktor.

Setiap pemimpin harus memiliki pengertian tentang strategi perusahaan secara keseluruhan, sebelum memilih model kolaborasi yang akan ditempuh. Demikian juga setiap perusahaan harus mampu menawarkan sesuatu yang unik bagi proses kolaborasi tersebut, agar mampu terlibat secara aktif  sebagai pelaku.

Namun, apa pun model kolaborasi yang dipilih, saatnya dunia usaha sepakat membangun sinergi kolaborasi dalam memburu inovasi. Sudah bukan jamannya lagi perusahaan menutup diri dan sibuk menggarap inovasi seorang diri.

Source:  Ekuslie Goestiandi, Kontan, 23 Februari 2009

Wednesday, February 6, 2013

Belajar dari 'LEM'

Lem......ya lem atau perekat.....sesuatu yang sangat berkaitan dengan keseharian kita.....bahkan sangat penting.....hanya saja kita hampir-hampur tak sadar akan kegunaan kehadirannya...kecualiiii.....tentu saja saat kita membutuhkannya, kesannya pragmatis banget, ya! Tapi memang lem diciptakan sbg alat untuk membantu umat manusia dalam berkembang, sekarang bayangkan jika kita tak punya lem, bisa jadi tak ada surat rahasia, bisa jadi tak ada yang namanya sakuran air rumah tangga, bisa jadi tidak ada banyak mainan kecil seperti yang ada saat ini......sifatnya yang dirancang untuk bisa menyatukan serpihan-serpihan kecil sekalipun menjadi berdampak besar untuk keoraktisan hidup sehari-hari kita. Sifat dia yang likuid, merekatkan dan tak nampak secara kasat mata.........sungguh mencerminkan sesuatu yang tak nampak, seringkali tak drasakan kehadirannya namun berdampak pada kehidupan kita, merupakan sifat-sifat yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita dalam berorganisasi dan berteman. 

Belajar dari lem: 
- Dalam berorganisasi: 
1. Berwawasan kerjasama yang erat ketimbang bersaing tidak sehat 
2. Berkecenderungan kolaborasi 
3. Luwes dan lugas dalam satu unit atau antar unit kerja 
4. Mementingkan tujuan bersama ketimbang menonjolkan diri sendiri 
5. Bersifat mempersatukan daripada memecahbelah 

- Dalam berteman: 
1. Berkecenderungan mendahulukn teman daripada kepuasan diri semata 
2. Lebih ikhlas dalam berinteraksi 
3. Mementingkan hububgan jangka panjang dan berusaha menjaga persahabatan yang ada 
4. Cenderung menjaga suasana damai dan ketentraman bersama ketimbang memihak salah. satu pihak 
5. Kehadirannya dapat menjafi pemersatu kelompok 
Lem..... ya lem..... 

Shared with Memoires for Android http://market.android.com/details?id=net.nakvic.dromoris http://sites.google.com/site/drodiary/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...